Judul : BUS MALAM     
                     

     Angin malam semilir membawa dinginnya rintik hujan menusuk wajahku yang tertidur dengan kepala bersandar di jendela kaca bis yang terbuka sedikit. Aku terbangun lalu menutup jendela. Sejenak kulihat penumpang didalam bis sudah lelap semua. Jam yang ditempel di depan bis menunjuk pukul 11 malam. Masih jauh Blora kota tujuanku.
     Diluar sana nampak sekilas pohon-pohon besar berdiri dengan angkernya seolah monster yang siap mencengkeram. Aku meringkuk kembali didalam jaket, tapi belum tertidur, tiba tiba bis berhenti mendadak. Penumpang yang jumlahnya tidak banyak terbangun, kaget dan sedikit gaduh.
     "Buka! Buka!" Suara teriakan orang disertai suara badan bis digedor dari luar.
     Penumpang kian panik. Kaca depan bus dilempari batu. Kondektur dan sopir dengan rasa ketakutan membuka pintu bis. Masuklah 5 orang membawa senjata tajam. Jerit ketakutan penumpang tumpah saat itu juga.
     "Cepat serahkan uang,harta atau apa saja! Cepat! Cepat!" Perintah seorang pria berjambang sambil mengacungkan parang ke arah para penumpang.
     "Jangan coba macam-macam atau kita bunuh kalian!" Ancam pria kurus sambil memaksa penumpang menyerahkan harta benda.
     Penumpang wanita menangis dan menjerit sambil menyerahkan apa yang dibawa. Ada seseorang yang duduk di kursi tengah sama sekali tidak memberikan reaksi. Kepalanya tertutup kudung jaket.
     "Heh! Jangan sok jagoan ya! Cepat berikan dompetmu!" Hardik pria berjambang sambil meletakkan ujung parangnya ke leher orang itu, masih tidak bereaksi, diam.
     Aku tidak melihat wajahnya karena aku duduk dibagian belakang. Sementara 3 perampok lain sedang menggasak harta penumpang dan yang 1 lagi berdiri didekat sopir.
     "Bangsat! Mau cari mati kamu ya!"
     Perampok berjambang itu mengayunkan parangnya ke leher orang bertudung itu, seketika orang itu menangkis dengan tangannya dan mendorong si perampok berjambang sampai terhuyung beberapa langkah ke belakang. Orang itu berdiri menatap satu-satu ke arah perampok. Sosok pria itu suaranya nampak berat, mendengus. Sorot matanya menyala merah, tubuhnya bergetar, dan dari punggungnya tiba-tiba mengeluarkan dua sayap lebar seperti sayap kelelawar, mulutnya menyeringai...buas!
     Penumpang histeris melihat itu, apalagi pria misterius itu tiba-tiba wajahnya mengelupas dan berubah rupa menjadi seperti monster. Badannya membengkak, dan tangan maupun kakinya berubah seperti tangan raksasa berbulu. Baju dan celana yang dipakainya terlepas. Jari-jarinya memanjang berkuku runcing panjang.
     Penumpang teriak ketakutan, mereka sepertinya jauh lebih takut melihat perubahan pria itu daripada dengan para perampok. Mahluk itu mengaum lalu menyerang si perampok berjambang dengan cepatnya. Kepalanya ditelan dengan mulutnya yang melebar sampai darah muncrat ke segala bis termasuk ke para penumpang yang duduk didekatnya. Mahluk itu lalu melempar tubuh tanpa kepala ke depan. 4 perampok lain tak berkutik, saat mereka mencoba lari, seketika mahluk itu dengan sayap mengembang meraih dan dengan mudah membantai para perampok tiada ampun dengan cakaran dan gigitannya. Jerit kesakitan perampok dan jerit ketakutan penumpang serasa irama maut menghiasi bis yang tergoncang.
     Aku menyaksikan tak berkedip! Semua terjadi sangat cepat tanpa bisa dicerna. Seisi bis berubah merah penuh cipratan darah! Mahluk itu menggeram setelah 'puas' membantai 4 orang dalam sekejap dan kemudian menatap sekelilingnya lalu menerobos keluar dari jendela depan bis dan mengepakkan sayapnya, terbang menembus kegelapan hutan.

********************
     Judul : SRI, Dicari Suami!


     Aku sudah cukup lama menggeluti profesi sebagai penata rias, sejak masih gadis sampai sekarang mempunyai 1 anak. Suatu kepuasan saat melihat hasil 'karya' ku terlihat sempurna, cantik! Seperti malam ini, aku mendapat panggilan untuk merias pengantin wanita di sebuah desa. Aku tersenyum puas saat melihat Rosmala dari cermin didepannya, mempelai wanita yang sangat cantik.
     "Kamu cantik Ros, nanti suamimu akan pangling liatnya. Tamu-tamu juga bakal pangling, selamat ya, semoga jadi keluarga sakinah sampai kakek nenek" Kataku memuji, secara tidak langsung aku memuji apa yang sudah aku lakukan.
     "Matur nuwun mbak" Rosmala senyum.
     Acara resepsi pernikahan digelar sangat meriah, mungkin hampir seluruh warga desa ini datang karena ada pertujukan wayang kulit semalam suntuk. Tamu berdatangan, menyantap sajian makanan dan minuman yang tersedia. Setelah aku berkemas, aku mencari bu Juminten, ibunya Rosmala, untuk berpamitan pulang karena Ayu anakku dari kemarin memang sedang sakit.
     "Mbok yo jangan buru-buru mbak, makan dulu, acara wayang nembe wae dimulai, dan lagi saiki wis bengi begini,gerimis juga" Kata bu Juminten.
     "Matur nuwun Bu, tapi anak saya sedang sakit jadi saya harus pulang"
     "Yo wis, mbak Sri duduk dulu, sebentar yo, makan dulu, saya masuk ke dalam dulu"
     Bu Juminten berlalu masuk ke dalam, sementara aku mencicipi makanan yang tersedia di meja. Saat aku mengunyah lemper, aku merasakan di mulutku ada yang bergerak. Lalu kumuntahkan di sudut ruangan itu, dan kulihat ada belatung di muntahan lemper itu. Perutku mendadak mual, aku berlari menuju ke kamar mandi, kumuntahkan semua isi perutku.
     Aku melangkah keluar kamar mandi, melewati dapur. Ya Allah! Aku melihat wanita-wanita yang sedang sibuk menyiapkan makanan semuanya berwujud menyeramkan! Ada yang wajahnya rusak, ada wanita kepala bolong belakangnya, ada juga wanita dengan tubuh berlumuran darah sedang mengaduk minuman. Ketakutan datang menyergapku. Berkali-kali aku menyebut asma Allah, berkali-kali pula aku membaca ayat suci apa saja yang saat itu terlintas di dalam kepalaku.
      Aku berlari melewati ruang tengah dimana disitu banyak juga tamu, tapi...tamu-tamunya?? Semua berwujud mengerikan! Aku kian panik dan berlari ke depan dan aku melihat pemandangan sangat menyeramkan, orang-orang yang sedang duduk menonton wayang semuanya... Hantu?
     "Ya Allah, dimanakah aku ini?" Jeritku dalam hati.
      Nafasku kian tersenggal, asmaku mulai menyerang. Aku jatuh terduduk sambil menekan bagian dada yang naik turun diantara suara nafasku yang kian berat, akhirnya aku benar-benar terjatuh tak berdaya lagi.
     Entah sudah berapa lama aku tertidur, saat kubuka mata aku merasakan letih sangat. Disitu ada seorang wanita setengah baya tersenyum.
     "Aku... Aku dimana?"
     Wanita itu tersenyum, "Tenang cah ayu, kamu dirumah simbok, tadi simbok nemu kamu didalam alas sana waktu simbok cari kayu. Siapa jenengmu cah ayu?"
     "Saya Sri, mbok"
     Aku merogoh saku, kuambil hape,mencoba menelpon Marwan suamiku tapi tidak juga terhubung. Aku cek sinyal, normal. Aku hubungi telpon rumah, tersambung. Tak berapa lama ada yang mengangkat, Marwan.
     "Hallo?"
     "Hallo, mas Marwan?hallo...hallo.. Mas...maasss.." Suara di hape hilang timbul.
     "Hallo? Iya siapa ini?"
     "Mas Marwan, ini aku mas, Sri. Mas, jemput aku mas... Aku takut mas" Rengekku
     "Siapa?? Sri??" Tanya Marwan, suaranya meninggi ada suatu rasa gusar dan kaget.
     "Iya mas.. Ini Sri. Mas, aku takut mas!"
     "Sri?? Kemana saja kamu? Kamu selama ini kita cari, kamu pergi kemana? Sri...hallo...halloooo..."
     "Mas? Iya..hallo?? Saya.. Saya.."
     Sambungan terputus. Aku mencoba menelpon lagi, tapi tidak tersambung, akhirnya berhasil tersambung.
     "Mas Marwan...tolong mas.."
     "Sri?" Suara Marwan bergetar menahan tangis, aku terdiam sejenak mencoba mencerna tapi buntu.
     "Mas Marwan? Kenapa mas?" Tanyaku memperjelas.
     "Sri, saya sama bapak, sudah mencari kamu selama ini, tapi tidak ada hasil. Sudah hampir satu tahun kita nyari... Kamu kemana saja? Kamu pergi kemana Sri??Kita sudah ndak tahu harus cari kemana, Ayu sudah kangen Sri, saiki kamu dimana?" Marwan makin jelas terdengar menangis.
     Aku terdiam sesaat, semakin tidak mengerti apa maksudnya. Hampir satu tahun mencariku? Ah, maksudnya itu apa?
     "Cah ayu, mungkin tempatmu disini, simbok karo cah ayu wis jodo, jadi cah ayu tinggal disini saja sama simbok yo, kanggo konco simbok"
     Aku membalikkan badan, seketika aku menjerit dengan apa yang kulihat...

Salam Paranoid
- Syahrintul69 -
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.