Sudah hampir 10 tahun aku tidak mendatangi rumah tante Anha di Purwokerto. Kali ini aku tinggal di rumah tante Anha karena mama menitipkan aku yang melanjutkan kuliah di Universitas terkenal di kota mendoan ini. Rumah tante Anha cukup besar, dua lantai dan sepi jadi terkesan angker apalagi bentuk rumahnya tua. Sudah setahun ini tante Anha ditinggal mati Bram suaminya, lebih tepatnya Bram hilang saat naik kapal yang tenggelam bersama beberapa penumpang yang jadi korban dan tidak berhasil jazadnya ditemukan.
       

     Yang aku baca di koran dan cerita mama, Bram adalah buronan polisi karena Bram itu bandar narkoba dan juga Bram diduga kuat melakukan pembunuhan beberapa orang. Hilangnya Bram di laut tentu membuat tante Anha terpukul dan terbenam dalam kesendirian juga kesedihan, apalagi anaknya, Nur, masih berusia 9 tahun dan menyandang autis. Aku tinggal disini diharapkan mama sebagai teman Nur juga.

     "Kamarmu dibawah, dekat kamar Nur. Kamu jangan naik ke lantai atas ya Putri, itu khusus tante saja. Tolong kamu ingat itu Put. Tante suka sendiri diatas, tante perlu ketenangan"

     Kata-kata tante Anha awalnya aku anggap suatu kewajaran, tapi lama-lama aku terusik juga ingin tahu ada apa di lantai atas. Seperti malam ini setelah aku 5 hari disini, rasa penasaranku meletup. Aku menangkap ada suara diatas, suara orang sedang tertawa, bersenda gurau dan berbincang. Aku pelan-pelan menaiki anak tangga. Jam dinding berbunyi memecah keheningan, sebelas kali, cukup mengagetkanku. Aku mengendap menuju ke sebuah kamar dimana suara itu berasal.

     Aku mendekatkan telinga ke daun pintu, kudengar suara desahan dan lengkuhan dari mulut tante Anha. Darahku terkesiap saat otakku mencerna suara apa itu, suara tante Anha sedang bercumbu karena aku juga mendengar suara nafas pria yang memburu. Aku dekatkan mataku ke lobang kunci, deg!! Jantungku berdegup kian kencang! Ya, aku melihat tante Anha sedang duduk diatas pangkuan seorang pria, mereka saling raba, saling cium dan cumbu.

     Pandangan mataku coba kupertajam untuk mengetahui siapa pria itu. Apakah tante Anha diam-diam punya kekasih? Kembali jantungku berdegup dan seakan mencelat keluar dari dada karena pria yang kulihat sedang mencumbu tante Anha adalah ... Bram!
Ya, Bram! Aku yakin sekali, walau lama tak pernah bertemu tapi wajahnya kulihat di koran, tivi dan juga foto yang masih tergantung di ruang tengah lantai bawah.

     Buru-buru tanpa mengeluarkan suara, aku turun ke lantai bawah. Kuambil handphone dengan perasaan tidak menentu antara ketakutan dan kaget melihat Bram ternyata selama ini masih hidup dan ada kemungkinan sudah lama dirumah ini, lalu aku memencet nomor di handphone, kuhubungi polisi .... Maafkan aku tante Anha.

**********


  
Judul : Pembalasan Bini Babi Ngepet

     Aku dan Lilis duduk diatas tikar dilantai sambil menjaga lilin yang menyala diantara sejajen. Dalam minggu ini mas Badrun sudah 3x malih rupa jadi babi ngepet. Demi kekayaan, mas Badrun sudah menggadaikan hidupnya di jalan sesat, demikian pula denganku sebagai seorang istri sudah lelah hidup dalam kemiskinan dan pandangan orang menyepelekan. Setelah 1 tahun pesugihan babi ngepet, hidup keluargaku berubah, harta jauh lebih dari cukup. Tetangga tidak ada yang curiga. Namun, perubahan ekonomi merubah sikap mas Badrun yang akhirnya doyan main perempuan bahkan tega menikahi Lilis biduan dangdut kampung tanpa persetujuanku. Iklas tidak iklas akhirnya aku merelakan walau sakit hati apalagi Lilis sekarang tinggal serumah denganku.

     "Lis, kamu tidur saja biar aku yang jaga. Kamu keliatan ngantuk apalagi kamu sedang hamil gitu"

     "Iya mbak, aku ngantuk banget, aku tidur saja ya, mbak ndak apa-apa jaga?"

     "Ndak apa, sana gih tidur"

     Lilis akhirnya meninggalkan ruangan ini, ruangan dimana kita kerap melakukan ritual-ritual pesugihan. Aku menatap lilin yang menyala dengan tenang, ini artinya mas Badrun dalam melancarkan aksinya tidak ada kendala, tapi aku sudah menyusun suatu pembalasan untuk suamiku yang sudah tega menyakitiku baik secara perasaan maupun kekerasan apalagi setelah menikahi Lilis, mas Badrun jauh lebih perhatian ke Lilis, ditambah Lilis sedang hamil dan aku tidak juga hamil setelah 5 tahun pernikahan. Mas Badrun jauh sudah berubah, padahal semua perjuangan menempuh cara pesugihan akulah yang selalu berada disisinya.

     Malam ini sudah pada puncak kekecewaan dan sakit hatiku, aku harus membalas dengan segala konsekuensinya. Biarlah aku hancur, semua hancur termasuk Lilis. Aku tidak rela harus menderita sendirian sedangkan Lilis hidup bahagia diatas deritaku.

     "Sudah saatnya kamu mampus Badrun" Desisku, lalu aku mendekatkan wajah ke dekat lilin, aku meniupnya, seketika lilin mati, ruangan menjadi gelap.

     Pagi hari. Warga mendatangi rumahku, mereka menggotong tubuh Badrun yang sudah tak bernyawa lalu meletakkan jasadnya di depan rumah, aku lihat hampir seluruh badannya dipenuhi bulu babi hutan. Warga menatapku dengan tatapan penuh rasa benci. Lilis keluar rumah,menjerit dan menangis memelukku. Aku tersenyum ... Puas!

********
     Judul : Pulang ....

     Bus berhenti tepat didepan Masjid. Aku turun dari bis, kulirik jam tanganku menunjukkan pukul 04.30. Kulihat beberapa orang berjalan ke arah Masjid. Aku fikir lebih baik sholat subuh berjamaah dulu mengingat rumahku dari sini jaraknya masih sekitar 1,5 KM dan jam segini masih belum ada ojek walau sebenarnya aku sudah ingin cepat sampai rumah karena sudah sangat kangen dengan bapak, ibu dan adik-adikku setelah 3 tahun merantau ke Malaysia.

     Suara adzan dari dalam Masjid berkumandang. Setelah wudhu, aku masuk dan sholat Subuh segera dimulai. Jamaah subuh cukup banyak yang datang baik pria maupun wanita, biasanya sholat Subuh jamaah sangat sedikit. Aku berdiri sholat di baris paling belakang yang terisi beberapa pria.

     Sholat selesai, aku bersalaman dengan jamaah sebelah kanan dan kiri. Setelah itu aku berdzikir dengan posisi kaki bersila dan mata terpejam, khusuk dan tenang rasanya. Aku bersyukur kembali ke kampung halaman dengan cukup rejeki yang kubawa. Selesai dzikir, mataku kubuka. Didalam mesjid, kulihat jamaah semua duduk mematung, membalikan kepala menatapku, sedangkan jamaah di samping kiri dan kananku menatap dengan kepala miring ke arahku. Mereka tanpa ekspresi, hanya menatapku. Ada apa ini?

     Tiba-tiba seluruh tubuhku merinding, aliran darahku serasa berhenti dan denyut jantungku bagai dipompa dengan kecepatan 3x lipat dari biasanya.

     "Pak, ada apa pak?" Tanyaku heran.

     Seorang kakek di samping kiriku menggerakan tangan lurus dengan jari telunjuk menunjuk ke arah pintu depan Masjid. Wajahnya nampak sedikit pucat dengan ceruk mata sedikit menghitam dan tetap dengan ekspresi yang dingin kaku.

     "Astafirullah... Astafirullah... Astafirullah..."

     Aku buru-buru bangkit dan berjalan keluar. Masih sempat aku menoleh melihat ke dalam Masjid dan aku lihat para jamaah itu masih tetap diam dan menatapku, termasuk jamaah wanita yang duduk dengan kepala semuanya menoleh ke arahku.

     "Masya Allah... Astafirullah... Laillahailallah.." Aku mencoba baca suratan apa saja dari Al Quran yang saat itu melintas di fikiranku.

     Kutenteng koporku, aku berlari keluar dari halaman Masjid. Tiba-tiba aku bertabrakan dengan seorang pria.

     "Ada apa mas lari-lari? Ada apa? Istifar mas, istifar" Kata pria itu, sementara tubuhku kian menggigil sampai aku susah untuk berkata-kata, Aku menunjuk ke arah Masjid. Apa yang kulihat kali ini semakin membuatku seakan ingin pingsan. Masjid yang tadi dalam keadaan terang benderang dan banyak jemaah sekarang tiba-tiba kosong, senyap dan tidak ada bangunan Masjid berdiri disitu.

********
     Judul : TORSO

     "Jelangkung mainan basi!" Kataku saat Zac, Bandot dan Marirah pada jam istirahat iseng-iseng mengajakku main jelangkung di dekat gudang, ujung lorong bagian belakang sekolah.

     Menurut cerita, di tempat itu terkenal angker karena dulunya ada siswa yang bunuh diri. Itu kisah klasik puluhan tahun lalu. Konon sering ada suara seperti langkah kaki atau benda jatuh saat sekolah sedang kegiatan belajar mengajar. Sepertinya tantangan Zac, Bandot dan Marirah untuk permainan jelangkung harus aku coba untuk iseng semata.

     Kita berempat menuju ke dekat gudang. Zac masuk ke gudang dan mengambil Torso (boneka replika kerangka manusia) rusak yang biasa untuk praktek pelajaran biologi. Zac menutupi kepala atas Torso itu dengan kaos lusuh yang ditemukan didalam gudang. Kita berempat berdiri memutari tengkorak.

     "Jelangkung jelangkung disini ada pesta kecil kecilan, datang tak dijemput pulang tak diantar.." Marirah mengeluarkan mantra ini berulang kali.

     Tiba-tiba Torso bergerak perlahan, mungkin karena angin. Bandot tertawa geli, Zac menepuk kepala Bandot agar diem. Marirah kembali membaca mantra itu. Suasana hening disitu, dari kejauhan terdengar suara siswa siswa yang masih istirahat. Kita berempat saling berpandangan, lalu kita menatap Torso itu, kepala nya seperti bergerak bergeser, pelan..pelan..pelan.

     "Kreeeeeeekk.." Bunyi kepala Torso itu, wajahnya kini mengarah ke arah Zac.

     Zac terdiam. Suasana jadi beku. Kita berempat sejenak dicekam ketakutan. Tiba-tiba suara bel berbunyi. Bandot buru-buru berlari mendahului, disusul Marirah. Sementara Zac membopong Torso itu untuk dibawa masuk ke gudang.

     "Aku duluan ya Zac!" Kataku tak peduli Zac mendengar atau tidak.

     Jam pelajaran dimulai. Aku tunggu Zac tak kunjung juga masuk. Kembali bel berbunyi tanda ganti pelajaran, Zac tak juga muncul. Aku berfikir paling Zac sengaja nongkrong di kantin. Tiba-tiba dari luar kelas terdengar suara seorang pria menjerit, suaranya menggema lewat lorong-lorong sekolah. Sontak, suasana jadi gaduh. Guru dan siswa berhamburan keluar kelas mencari dari mana arah suara teriakan itu.

     "Itu dari sana" Kata salah 1 siswa sambil menunjuk ke arah gudang yang tadi tempat untuk bermain jelangkung.

     Aku berlari bersama Marirah, Bandot dan beberapa murid-murid lainnya menuju ke gudang belakang. Kita lihat pak Kebon Mang Karjo berdiri tepat didepan pintu gudang yang terbuka sambil menunjuk ke arah dalam gudang. Semua orang yang ada disitu buru-buru menghambur ke arah pintu gudang untuk melihat apa yang Mang Karjo lihat.

     Tubuhku mendadak lemas seperti hilang entah kemana tenagaku.Didalam gudang terlihat Zac tergantung tubuhnya dengan seutas tambang yang membelit lehernya, mata terbuka lebar dan lidah terjulur, sementara tangannya memeluk Torso.


Salam Horror

- Syahrintul -
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.