Judul : Malam Pertama Terlarang...

Ini kisahku, kisah malam pertamaku. Aku termasuk pria pemalu, selalu kikuk saat harus bicara dengan lawan jenis, wanita. Pada suatu malam saat aku pulang kantor dimana aku sedang menunggu bus di halte, aku berkenalan dengan seorang wanita yang duduk sendirian, hanya aku dan dia ditengah malam berselimut derasnya hujan. Aling namanya, tidak banyak bicara tapi entah kenapa aku menjadi sangat berani untuk mengajaknya sekedar kenalan. Setelah pertemuan itu, aku entah kenapa selalu membayangkan Aling, wajah yang nampak sendu, nampak senyumnya menyimpan kesedihan. Ah, itu hanya perasaanku saja, mungkin?

     Tiga hari setelah pertemuan itu, aku bertemu lagi dengan Aling ditempat yang sama tepat di malam menjelang Imlek. Aku berdebar! Apakah ini hanya kebetulan ataukah Aling sengaja menemuiku? Ataukah ini takdir kita bertemu kembali setelah malam dimana pertama kita berkenalan belum sempat untuk sekedar tukar no telpon?

     "Aling? Ah, ini aku Hendy, masih ingat?" Tanyaku menyapa, Aling menoleh lalu senyum tipis.

     "Emm, sudah malam, jam sebelas, kamu memang pulang kemana?"

     "Glodok Koh" Jawabnya singkat

     "Wah kebetulan, malam ini aku mau ke rumah cicik di Glodok juga, kalau nggak keberatan, aku antar gimana?"

     Aling mengangguk pelan, aku merasa dapat lampu hijau. Aku inisiatif menyetop taksi agar lebih cepat. Sesampainya di Glodok, aku dan Aling menyusuri gang menuju ke rumahnya ditengah rintik hujan yang mulai menyapu. Saat sampai didepan rumahnya, Aling mengajakku masuk, aku menolak halus tapi Aling sedikit memaksa.

     "Masuk aja Koh, masih hujan,nanti aku kenalin ke mamah. Koko sudah antar aku, sebagai ucapan terima kasih, aku ingin koko tidak menolak"

     Didalam rumah, Aku duduk sedikit kikuk, tidak pernah dalam sejarah hidupku bertamu ke rumah wanita, apalagi wanita yang diam-diam aku suka. Aling keluar membawa minuman.

     "Minum Koh"

     Aku meminumnya, terasa hangat dan segar tubuhku dibanding tadi. Aku mencoba mengajaknya ngobrol, apa aja untuk sekedar mengusir kekakuan. Lama-lama tubuhku terasa panas, kepalaku terasa berputar, pandanganku mulai kabur. Aku tak sadar lagi.
              

     Saat mataku terbuka, aku berada diatas ranjang dalam sebuah kamar. Aku bangkit dan kulihat Aling sedang duduk didepan cermin sambil menyisir rambutnya. Dia tersenyum dari pantulan cermin ke arahku. Aling bangkit dan mendekatiku, lalu menidurkan tubuhku sementara Aling berada diatasku. Semerbak wangi tubuh Aling tercium hidungku, wangi yang sangat mempesona. Aku merasa terbius, seketika gairah kelelakianku tumbuh apalagi saat Aling mencium bibirku pelan. Aku semakin bergairah, Aling duduk diatas tubuhku lalu membuka bajunya pelan-pelan.

     "Koko... " Desahnya seolah instruksi agar aku bereaksi.

     Aku menarik tubuhnya dalam dekapanku. Kuciumi bibirnya dengan penuh gelora. Beginikah rasanya ciuman bibir? Seumur hidup aku belum pernah merasakan. Aling membalas ciumanku, kita berpagutan, lidahku dan Aling saling membelit didalam mulut yang bersatu. Aku sudah tidak memikirkan apa-apa, yang kupikir hanyalah merengkuh kenikmatan dengan Aling sepuasnya sampai kita benar-benar habis gairah.

     Aku membuka mata saat tubuhku terasa hangat karena sinar matahari yang menerobos dari celah jendela. Aku teringat dengan kenikmatan bertubi-tubi semalam yang kucapai. Setelah aku berpakaian, aku mencari Aling keluar kamar lalu turun ke lantai bawah. Disana, aku melihat seorang wanita setengah tua sedang sembahyang didepan meja yang lengkap ada makanan dan buah. Wanita itu menoleh, menatapku lalu tersenyum.

     "Maaf Tante, aku semalam ketiduran disini, Aling nya ada?" Tanyaku gugup.

     Wanita itu tersenyum, lalu wajahnya mengarah ke foto diatas meja sembahyang seolah memberi tahu dimana Aling. Mataku mengarah ke foto itu, aku tidak mengerti apa maksudnya, foto Aling ada di meja sembahyang.

     "Aling tadi sudah cerita ke tante soal semalam dengan kamu, dia sangat bahagia, dia mencintai kamu"

     Aku hanya bisa menggelengkan kepala, bentuk antara tidak percaya dan ketakutan. Aku berlari keluar rumah Aling, tidak menoleh lagi.

************

     Judul : Aku Diperkosa Siapa ??
                   

     Ayu namaku. Seperti wajahku juga termasuk ayu. Tapi nasib masa remajaku tak se 'ayu' nama dan wajahku. Aku tergolong gadis yang kuper. Ini salahku? Tidak juga, karena ini sudah jadi bagian dominan dalam karakterku yang memang susah bergaul, cenderung menyendiri, padahal aku termasuk dari keluarga kaya. Mama sibuk dengan bisnis butiknya. Mama walau jarang dirumah tapi selalu memantau tiap detik apa yang aku lakukan. Lewat mbok Marirah lah Mama selalu minta laporan apa saja, jam berapa dan ada dimana aku.

     Mama terlalu protektif. Apa ini karena mama ditinggal papa sehingga mama terlalu melindungi aku? Ataukah memang papa meninggalkan keluarga ini karena sikap keras mama? Aku selalu ditekankan mama bahwa diluar sana banyak monster, pergaulan akan membuatku menderita dan mama berambisi agar aku sukses secara study sehingga keinginan mama agar aku jadi dokter tercapai seperti cita-cita mama dulu yang tidak tercapai sebagai dokter?

     "Mama ngga ingin kamu pacaran, laki-laki itu semua perusak Ayu! Mama akan izinkan kamu pacaran kalau sudah bisa jadi dokter! Pacaran justru akan bikin kamu hancur jadi dokter! Mama tidak ingin kamu banyak bergaul diluar sana, itu akan merusak kamu!"

     Begitulah kata-kata yang kerap mama lontarkan, kata-kata bagaikan penjara buatku. Aku tidak berdaya. Akupun memang kurang bergaul jadi apa yang kata-kata mama ucapkan, aku bisa pahami sampai pada suatu siang di kantin sekolah....

     "Ayu, bukannya besok kamu ulang taon ya? Ke tujuh belas kan?" Tanya Tika tiba-tiba.

     Tidak biasanya Tika menyapaku. Cewek famous di sekolah yang satu kelas denganku ini sama sekali tidak pernah 'melirik' ku tapi kenapa tiba-tiba mengajak bicara?

     "Iya, tapi ngga ada apa-apa" Jawabku gugup, apalagi Tika datang bersama gank nya ke meja dimana aku duduk.

     "Kenapa ngga dirayain? Lo kan tajir Yu, tul ngga Tik?" Kata Scorpina menimpali, Tika mengangguk.

     "Enggak, ama mama ga pernah dirayain pesta, paling kita makan berdua"

     "Hemmm kurang seru dong! Gimana kalo besok lo datang ke rumah Aldi, dia ultah lho, kebetulan banget kan umur kalian ama tanggal lahir sama, jadi apa salahnya?" Kata Tika

     Aku bersikeras tetap menolak, Tika Cs kian gencar membujuk. Lama-lama aku mulai goyah. Apa salahnya aku datang?pikirku. Toh Tika sepertinya bermaksud baik berteman denganku dan kebetulan mama sedang sibuk di butiknya di Jogja,pulang senin depan.

     Malam ini aku cantik. Aku mematut diri didepan cermin, kugerai rambutku, kupoles samar lipstick mama ke bibirku, kupakai juga penghias make up mama ke wajahku. Aku cantik, gumamku. Aku menunggu Tika yang janji mau menjemputku. Aku sudah memohon agar mbok Marirah tidak cerita ke mama soal aku malam ini, sangat memohon, akhirnya mbok Marirah dengan terpaksa mengiyakan. Hapeku bunyi, dari Tika. Saat kuangkat, Tika bilang sudah didepan rumahku.

     Aku bebas, aku merasa seperti burung kecil yang keluar dari sangkar. Ini malam terindahku, aku bisa keluar dari belenggu mama, dari bayang-bayang mama yang kerap memasungku dengan jutaan doktrin mengerikannya. Ini hari ulang tahun ke tujuh belasku, dan aku tidak peduli tidak merayakannya, bagiku mama lewat telpon mengucapkan "selamat ulang tahun sayang", itu sudah lebih dari cukup, aku ingin merengkuh kebebasan malam ini.

    Luar biasa! Pesta ulang tahun Aldi sangat meriah dirumahnya. Aku merasa sedikit malu dengan 'perubahan' ku malam ini apalagi banyak yang melihatku, bukan memuji tapi mereka seperti heran, seperti kaget melihat alien mendarat ke bumi, mungkin?
Pesta berlangsung seru sampai larut malam, musik menghentak sepanjang acara garden party. Tika dan teman-temannya banyak minum dan membujukku untuk minum, aku menolak berkali-kali dan berkali-kali itulah Tika membujuk. Lagi-lagi goyah keteguhanku, aku menenggak minuman akhirnya, tidak sekali tapi beberapa kali. Entah setan mana merasuk, aku seperti merasa bukan aku seperti biasanya, aku terbang dan terbang!

     Didalam sebuah ruang temaram, aku menjerit dan meronta. Ada tiga orang mencoba menggagahiku. Aku memanggil-manggil Tika, tapi tidak ada sama sekali kedatangan Tika. Tubuhku terlentang diatas ranjang, tangan dan kakiku dipegang sangat erat, sementara ada satu orang diatas tubuhku menjamahku, menciumiku dan mengoyak kehormatanku! Aku tidak berdaya.. Aku lemas sampai tak sadarkan diri karena sangat 'sakit' dan putus asa.

     Malam jahanam yang telah merenggut kesucianku. Aku harus diam, mengubur dalam-dalam kebiadaban ini karena aku tahu ini aib yang akan mempermalukan dan merubah mama kian jadi monster murka yang mengerikan. Aku hanya menangis meratapi apa yang sudah terjadi, aku tidak menceritakan pada siapapun, ini rahasiaku! Lalu, aku diperkosa siapa ?? Biarlah, biarlah aku tidak akan pernah ingin tahu karena semakin aku 'bertanya' justru itu bagaikan belati yang menghujam ulu hatiku.
Kebebasan malam itu harus kubayar dengan mahal... Maafkan aku, mama!
*foto jepretan syahrintul dan google*

Salam Cinta

- Syahrintul -
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.