Judul : Akibat Terlalu Bebas
                  
sumber foto dari google image
     Cinta memang buta. Benarkah? Begitulah cinta memang membutakan dan memabukan, tapi cinta juga penuh keiklasan. Iklas memberikan untuk orang yang kita cinta. Seperti cintaku pada Hans. Semua kuserahkan padanya demi cinta, termasuk kesucianku. Pada suatu malam, kita terbuai akan cinta, kita lupa diri dan akhirnya kehormatan yang selama ini kujaga kulepaskan demi cintaku untuk Hans. Malam pertamaku yang indah....

     "Maafkan aku Yuni" kata Hans sambil mengusap pipiku yang basah air mata bahagia. Aku hanya menggeleng pelan dan senyum menatap wajahnya saat tubuhku dalam dekapannya diatas ranjang di kamarku.

     "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Yun, aku janji. Aku akan tetap menikahimu" Bisik Hans sambil mengecup keningku, lembut.

     Sejak malam itu, aku dan Hans kerap melepaskan rasa cinta dengan bercinta secara diam-diam dikamarku. Saat malam, ibuku sudah tidur atau sedang rapat sebuah organisasi wanita yang ibu pimpin, Hans masuk ke kamarku lewat jendela. Ah, aku yang nampak seperti anak manis ternyata tidak semanis anggapan ibu dan orang-orang. Aku sungguh dimabuk cinta, tidak bisa lagi melihat batasan. Bagiku, apa yang aku lakukan dengan Hans semua akan berakhir indah dengan mengikat janji di altar perkawinan.

     Apa yang kita perbuat akhirnya 'membuahkan' hasil. Aku telat datang bulan, aku hamil. Kusembunyikan perubahanku, hanya Hans yang tahu dan aku mendesak agar Hans menikahiku. Hans cepat memberikan reaksi, dia membicarakan apa yang aku alami ke orang tuanya. Menurut Hans, keluarganya awalnya sangat terkejut tapi akhirnya meloloskan permintaan Hans untuk secepatnya menikahiku walau mereka sebenarnya sangat berat.                            
                      
sumber foto dari google image
     Semua begitu indah. Keluarga Hans datang menemui ibuku untuk melamarku. Ibu nampak bahagia walau sebagai orang tua, awalnya ibu sangat kecewa dan marah dengan pengakuanku. Ibu sempat menangis dan menyalahkan atas perbuatanku tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi. Setelah pertemuan mereka, disepakati kapan akan dilangsungkan pernikahanku dengan Hans.

     Manusia berencana tapi terkadang kenyataan tidaklah sesuai rencana. Sebuah peristiwa dimana pemberantasan partai yang dianggap menganut faham melenceng meletus di kotaku dan... Ibu tertangkap, diduga sebagai pimpinan organisasi wanita itu. Ibu diciduk malam itu dari rumah saat aku sedang menulis undangan acara perkawinanku. Aku hanya menangis didepan pintu. Dari peristiwa itu, semua jalan hidupku berubah total. Kebahagian didepan mata terenggut seketika tanpa ampun. Rencana perkawinan dengan Hans gagal karena pihak keluarga Hans merasa malu dengan apa yang ibu lakukan.

     Ibu nampak tetap tegar, setidaknya dihadapanku. Aku tahu, dia hancur apalagi dengan perasaan bersalah karena sudah membuat kebahagiaanku hilang. Aku tidak menyalahkan ibu, yang kusesali Hans, tidak bisa bersikap atas perubahan keputusan keluarganya. Hans memutuskan untuk menurut apa yang keluarganya kehendaki yaitu membatalkan perkawinan ini.

     "Maafkan ibu Yun, karena ibu ini kamu jadi ikut menanggung, kamu jadi hancur. Bagaimanapun kamu harus kuat Yun, kamu harus berjuang untuk anakmu ini" Kata ibu sambil mengusap perutku.

     Aku menggeleng, "Tidak Bu, ibu tidak perlu merasa bersalah,apa yang aku alami karena kebodohanku, aku tidak bisa menjaga diri. Aku yang seharusnya merasa bersalah menambah beban ibu. Aku yakin, ibu akan kuat, kita hadapi semua ini bu, ibu jangan menyerah ya? Janji bu?" Aku tersenyum menahan tangis.

     Ibu memelukku erat, mengangguk sambil menangis, "Iya Yun, kita hadapi berdua seperti biasanya kita berdua selalu bisa menjalaninya, ibu janji akan kuat, demi kamu dan cucu ibu. Seandainya bapak masih hidup, kita akan jauh lebih kuat"

     Kulihat wajah ibu nampak kusam karena terbakar panas matahari, aku membelai wajahnya untuk menguatkan, kulit wajahnya terasa kasar. Satu kali aku pernah dari kejauhan melihat ibu dan orang-orang yang jadi anggota organisasi terlarang wajib lapor harus lari-lari memutari alun-alun dibawah terik matahari, aku hanya bisa menangis dari kejauhan melihatnya. Tapi jauh lebih menyakitkan ketika ibu dijauhi dan dicaci maki orang-orang sebagai biang keladi yang menyeret banyak orang masuk organisasi itu. Aku bahkan pernah merasakan hal menyakitkan saat ibu pulang setelah wajib lapor, didepan rumah ada beberapa orang menyumpahi ibu penuh dengan kata-kata kotor bahkan ada yang melempar telur mengenai wajahnya.

     "Dasar wanita sial!! Setan alas! Gara-gara kamu, istriku jadi begini! Kalau mau hancur jangan ngajak-ngajak orang!! Pantes saja anakmu hancur, kelakuan ibunya juga hancur!"

     "Minggat aja kamu, dasar sundal! Suamimu bisa ngguling-ngguling di kuburan kalau sampe tahu kelakuanmu sekarang!"

     "Cukup!! Ibu, ayo masuk bu, cepat bu!"
     Aku menangis memeluk dan memapah ibu yang terdiam berjalan lunglai pasrah masuk rumah sambil meraup wajah yang berlumur pecahan telur.
Semua kurasakan kelam.
Getir.
Menyakitkan.
Aku dan ibu terasa hidup sendiri, terasing di dunia ini memikul beban berat, beban yang tetap berusaha kami pikul sekalipun kadang kami berada pada titik nadir.

     Suatu sore saat aku akan menimba air untuk mandi dibelakang rumah, aku melihat kebawah sumur ada wajah yang tertutup rambut mengembang dipermukaan air. Aku menjerit sekuat-kuatnya. Aku berlari masuk ke dalam rumah, menangis sejadi-jadinya memanggil ibu berulang-ulang, tak ada jawaban...

     Satu tahun telah berlalu setelah kematian ibu dan sekarang aku sudah jauh dari rumahku yang dulu, rumah yang banyak meninggalkan kenangan bersama ibu dan... Hans. Kini aku sudah mencoba melupakan sejarah hidup kelamku. Bayiku sebagai sumber kekuatanku untuk melalui semuanya... Termasuk berusaha menghapus Hans dalam coretan hidupku.

**********
     Judul : Kejutan Malam Pertamaku

     Gay! Aku tasbiskah diriku sebagai pure gay setelah sekian lama dan sekian banyak kufikirkan dan kutelisik dengan apa yang aku rasakan. Aku sudah berusaha untuk mengingkarinya, aku sudah berusaha untuk menjalin hubungan dengan cewek dan sudah mati-matian membunuh perasaan terhadap cowok, tetap pada satu titik kesimpulan bahwa aku adalah.. Gay!
Perasaan itu muncul sejak aku menginjak masa pubertas, aku merasakan 'beda' dimana aku merasa menyukai Iwan sahabatku. Setiap bersentuhan, memandangnya, dekat dengannya aku merasa nyaman. Tidak hanya merasa nyaman, ada desiran 'aneh' yang menelusup ke jiwa dan hatiku, ada rasa memilikinya seolah dia kekasihku.

     Semua kupendam ke dalam palug terdalam hatiku karena perasaan itu jika terlalu ditampakkan membuatku semakin ketakutan, takut akan pandangan lingkunganku bahkan takut jika Iwan berpaling.
Suatu saat kala aku menginap dirumah Iwan yang sudah tertidur, aku memandanginya, pelan menyentuh pipinya, kudekatkan wajahku ke wajahnya, kurasakan hembusan hangat nafasnya.. Ahhh Iwan, seandainya kau 'sama' sepertiku, pasti kita jadi pasangan bahagia.

sumber  foto dari google image
     Aku mencintai sahabatku tapi aku harus tahu diri siapa aku dan siapa Iwan. Sedalam apapun kupasung perasaan ini, aku tetaplah manusia 'normal' yang butuh membelai dan dibelai seseorang. Aku mulai menggembara mencari orang yang 'sama' denganku, yang bisa menjadi tempat saling berbagi keresahan dan... Cinta! Aku kerap tersenyum kala memikirkan apa itu cinta, apakah mungkin aku dapat cinta secara terbuka dari dunia gay yang bisa aku tunjukkan ke hadapan orang banyak? Tidak, oh jelas tidak!

     Penggembaraanku mencari cinta lewat dunia sosial media. Ya, ini adalah cara tepat aku menjelajahi 'duniaku' ini. Pengalaman yang sangat menakjubkan dimana aku bisa melihat orang-orang yang 'sama' sepertiku. Aku banyak follow pria-pria,entah orientasinya apa yang penting aku aku bisa komunikasi dengan mereka walau sebatas lewat sosmed. Ada beberapa pria kenalanku di sosmed yang terindikasi seperti 'aku' dan ada 1 orang yang bisa dibilang secara intens komunikasi denganku lewat bbm, wa atau sosmed.
Arif namanya. Setelah 3 minggu komunikasi, Arif mengajakku untuk bertemu. Aku berdebar! Inilah saat paling kutunggu, bertemu untuk kali pertama dengan 'sesama'!

     "Adi?" Tanya seseorang dibelakangku, aku menoleh dan mengangguk lalu melempar senyuman saat kulihat Arif malam itu setelah kita janjian untuk kopi darat disebuah kedai kopi.

     Jujur, aku takjub melihat Arif, lebih ganteng dari foto-fotonya. Matanya saat menatap, bibirnya saat senyum dan bicara, Ahhh... Aku sangat grogi saat mengobrol dengannya.
Berbincang dengannya tidak terasa sudah sangat larut malam, Arif mengajakku untuk menginap saja di rusun nya. Ini pengalaman pertamaku menginap di tempat orang asing yang baru kukenal.

     "Eh, malam ini di lantai sembilan ada pesta lho, kamu mau ikut?" Tanya Arif setelah sampai di rusunnya.
    "Pesta apa?"
    "Pesta yaaaaa pestanya orang kayak kita"
     Aku mengeryitkan dahi, "Maksudnya?"
     Arif tersenyum kecil, "Pesta gay" Bibirnya mendekat ke telingaku, berbisik, ahh suaranya sangat sexy membuatku seperti tersetrum.
     "Mau ikut ngga?" Kembali suaranya terdengar berbisik panas, sampai ujung bibirnya sedikit menyentuh kupingku.
     Aku mengangguk, lalu Arif menabok bokongku, "Plok! Let Go kita fun!"

     Sebenarnya aku berharap malam ini berdua dengan Arif ditempatnya tapi ada rasa penasaran seperti apa 'pesta' yang Arif maksudkan. Ada rasa kecewa tidak bisa semalaman dengannya berdua.

     Sesampainya di tempat yang Arif maksudkan, disitu terlihat banyak cowok-cowok sedang asik mengobrol dengan iringan musik yang tidak terlalu hingar bingar.

     "Eh Rif, dateng juga lo? Siapa nih? Bokin baru? Bole juga" Kata seorang pria usia sekitar 40an menghampiri Arif dan aku.
     "Oom, kenalin ini Adi, temen saya"
     "Bram" Kata si oom menjulurkan tangan, matanya seakan menelanjangiku, seperti seorang calon pembeli sapi yang teliti yang akan membeli sapi.
     "Adi, Oom" Jawabku sambil menjabatnya.
     "Oom, acara kapan dimulai?" Tanya Arif
     "Hahahah sabar dong Rif, ngebet amat sih?masih nunggu Oom Yudha belum dateng, dia mau bawa stok barunya, ada yang brondong, sega sampai gadun"
     Arif senyum, "Wah bakal ser nih"

     Aku makin kikuk saat oom Bram mengajakku duduk dan mengajakku ngobrol, sementara Arif asyik ngobrol dengan yang lainnya. Oom Arif meraba pahaku, aku mencoba menepis tangannya.

     "Aduh, maaf Oom.. Saya.."
     "Heheheh kenapa Di? Masih baru ya? Ntar juga terbiasa. Kamu ama Arif sudah berapa lama jalan?" Tangan oom Bram tetap mengusap pahaku.
     "Saya.. Sama Arif baru kenal Oom"
     "Ohh baru kenal. Kirain pacarnya. Oom jomblo lho, Adi mau jadi brondongnya Oom?" Spontan Oom Bram cium pipiku, aku tersentak!

     Ini pengalaman pertamaku dicium pria! Aku padahal berharap pertama dicium sama Iwan sahabatku atau Arif, bahkan dari awal pertemuan dengan Arif aku berharap melakukan malam pertama dengan Arif.

     "Malam ini disini ada pesta sex lho Di, Oom pingin Adi melakukan sama Oom atau bareng Arif" Bisik Oom Bram sambil membelai poni lemparku.

     Kulihat Arif menuju pintu dan menyambut tamu yang datang, ada 4 pria masuk, 3 nampak pria matang dan 1 lagi pria seumuran aku. Dari 3 pria itu salah 1 nya sangat kukenal!
Pria itu berdiri menatapku, wajahnya terlihat sangat kaget, akupun demikian.
Aku duduk bergeser dari dekat Oom Bram yang daritadi menggerayangiku.

     "Adi????" Kata pria yang sangat kukenal itu, aku menatapnya dengan tatapan antara takut, malu dan kaget, seperti hal nya mungkin pria itu merasakan hal sama.

     "Papa???"

     Aku cepat-cepat bangkit dari duduk lalu berlari keluar. Arif mengejar sambil memanggilku tapi aku tak peduli lagi. Pengalaman malam pertamaku sebagai seorang gay yang memalukan, menyedihkan dan sangat terkutuk! Ingin rasanya aku tenggelam saat itu ke dasar bumi...


Salam Crooot

- Syahrintul -

Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.