Dalam hadistnya, nabi Muhammad SAW bersabda : "Jangan kalian membiarkan anak-anak kalian disaat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam" (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).
Yey pas kecil di desa cencu pas jelang magrib akan disuruh pulang yes, bole keluar yes misal ke mushola/mesjid untuk sholat berjamaah.
Kalalo di pedesaan, suasana maghrib masih terkesan 'sakral' atau malah terkesan mistis, bisa sepi deh!
Ga usah di pedesaan, di daerah eke aja kalalo magrib sepi nek.
Ada afa sich dengan maghrib? Kesannya Cock angkerwati yes?
                                                                                     
     
Begindang sekilas penjelasannya : menjelang maghrib alam akan berubah spektrum warna cahaya merah. Cahaya itsyu merupakan gelombang elektromagnetis yang punya spektrum warna yang berbeza satu sama lain. Setiap spektrum nih yes nek punya energi, frekuensi dan panjang gelombang yang berbeza.
Nah, ketika maghrib terjadi perubahan spektrum warna alam selaras dengan warna iblis dan setan yakni merah.
Pada saat itsyulah jin dan iblis punya kekuatan secawra punya resonansi selaras dengan alam. Pada waktu maghrib terjadi banyak tumpang tindihnya gelombang yang berfrekuensi sama, jadi yes pengliatan kita kurang tajem kerana fatamorgana bowk *lirik teteh Greenpiss tiap maghrib hilang dari pengliatan manusia*

      Konon setan iblis saat sandekala berkeliaran mencari 'sarang', seperti popok bayi yang najis jadi tempat kesukaan mahluk halus. 'Mereka' juga suka nyampur dengan manusia yang sedang duduk-duduk (ati-ati nih yeeeee) atau para setan merasuk ke binatang seperti burung atau kucing saat sandekala berlangsung.
Atau kalau tiba-tiba ada bayi nangis ngguling-ngguling itsyu kemungkinan kalo ga kena colic yes lagi diganggu ama jin lho nek.. So makanya sandekala jadi sesuatu yang 'sakral' kalalo di daerah-daerah yang masih kental memegang teguh mitos tertentu.


Dan... Mari-rah kita simak ilustrasinya :

      Suara Adzan maghrib berkumandang dari berbagai penjuru, warga desa Suka Lekong satu demi satu masuk rumah, desa perlahan diselimuti sepi. Ini tidak hanya karena maghrib saja dimana mereka masih sangat percaya bahwa sandekala adalah waktu dimana gerbang iblis dan setan dibuka ke alam manusia tapi 3 hari yang lalu Ki Wongso seorang dukun santet tewas secara aneh.
Bagi warga, Ki Wongso adalah sosok sesepuh yang sangat disegani dan ditakuti karena ilmu hitamnya. Terlebih penampilannya yang sangat angker dengan rambut panjang bergelombang beruban yang dibiarkan tergerai, kumis dan jambang yang tumbuh tidak teratur dan juga kulitnya yang hitam legam.

 
      Dari kejauhan di jalan bagian luar gerbang desa, nampak bocah bernama Raffi berjalan terburu-buru menggandeng adiknya Ginuk memasuki desa yang mulai temaram gelap.
      "Ayo cepetan, mengko ndak ono setan Nuk, cepetan jalannya"
      "Aku capek mas, alon-alon wae"
      "Bapak karo ibu pasti udah nunggu kita Nuk"
      "Mas Raffi sih, kenapa tadi ndak nunggu dijemput bapak aja, kan kita bisa main di rumah Budhe Wiwik dulu"

       Raffi mempercepat langkahnya melewati sebuah gardu, tangannya masih tetap menggandeng Ginuk yang cukup kerepotan mengikuti dibelakangnya.
      "Udah sepi yo mas, kayaknya pada takut"
      Raffi tidak merespon, langkahnya kian cepat bahkan terlihat seperti lari saat akan melewati sebuah kuburan desa. Tiba-tiba Ginuk terjatuh karena tersandung akar pohon beringin saat mereka tepat lewat depan kuburan.
      "Kamu ati-ati Nuk"
      "Sakit mas..aduhh"

      Tiba-tiba terdengar suara geledek. Raffi kaget, Ginuk mulai merengek. Buru-buru Raffi menarik tangan Ginuk. Gerimis mulai turun disertai angin yang menderu. Raffi berlari cepat melewati gang-gang yang sudah sepi.
Suara-suara ayam terdengar sangat ribut saat Raffi berlari melewati jalan setapak. Suara bayi menangis melengkapi keangkeran suasana maghrib. Saat Raffi melewati rumah Ayu seorang penari ronggeng yang sedang berjalan seabis mandi di sumur, Ayu menjerit kaget.

      "Astafirulloh! Astafirulloh!"
      Ember kecil yang dicangking Ayu sampai terjatuh.

      Raffi menghentikan larinya saat sampai didepan pintu rumah.

      "Ibuuuuu...bapaaaaaaak..."
      Raffi menggedor-gedor pintu dengan nafas yang ngos-ngosan. Tak berapa lama pintu dibuka, nampak ibu Raffi berdiri memandang sosok hitam dengan rambut panjang, berjambang dan berkumis lebat berdiri dibelakang Raffi dengan tangan digandeng Raffi. Sosok menyeramkan itu menyeringai dan matanya melotot ke arah ibu Raffi yang akhirnya jatuh pingsan.

     "Ibu???"
      Raffi membalikkan badan, apa yang dilihatnya bukanlah Ginuk melainkan Ki Wongso!

Salam Misteri

- syahrintul -


Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.