Seperti mimpi rasanya aku bisa memeluk tubuhnya, merasakan hangat dengus nafasnya dan menatap wajahnya yang tengah lelap dalam tidur. Sedang mimpi apakah mas Adam malam ini? Apakah mas Adam sedang bermimpi dipeluk bidadari berwujud diriku, wanita yang ditinggalkannya 5 tahun lalu, wanita yang tetap setia sebagai istrinya menanti sang suami pulang?

     5 tahun lalu, setelah 1 tahun pernikahan kami, mas Adam tiba-tiba berpamit untuk pergi bekerja ke Jakarta. Sebenarnya aku tak iklas akan kepergiannya tapi janji mas Adam untuk pulang setiap bulan menenangkan hatiku.

     "Fitri, aku pergi untuk kebaikan kita, aku tidak enak kalau penghasilan selalu pas pasan. Bagaimanapun aku ingin membahagiakanmu, itu kewajiban seorang suami dan kamu sebagai seorang istri harus mendukung,ini semua demi kita Fit," kata mas Adam kala itu.

     "Tapi mas Adam janji, tiap bulan akan pulang kan?"

     "Iya Fitri, percayalah, aku janji"

     Sore itu, aku mengantarkan mas Adam sampai stasiun. Sedih rasanya melepas kepergian orang yang sangat aku cinta. Pernikahan aku dan mas Adam memang kurang disetujui orang tuaku tapi kita bersikeras meyakinkan bahwa kita serius untuk berumah tangga, akhirnya dengan segala perjuangan orang tuaku merestui.
Mas Adam mencium keningku sebelum masuk kereta.
      
sumber : google

     "Fitri ... Jangan menangis ya," mas Adam mengusap air mataku yang meleleh.

     Aku terisak pelan. Aku mencoba tersenyum. Aku ingin seperti Ningsih ataupun Marni yang sudah lama hidup terpisah dari suaminya karena pekerjaan. Hanya surat-surat yang dia kirim sebagai pengobat kerinduanku. Bagaimana perasaan rindu dendamku kala itu? Teramat sangat!

     Lima tahun bukanlah waktu yang pendek. Apa yang mas Adam janjikan tidak ditepati. Mas Adam tidak pulang setiap bulan seperti janjinya, sampai akhirnya mas Adam kirim surat mengajak aku untuk menyusulnya.

     Malam ini, semua seakan terobati, aku bisa memeluknya sepuas hatiku, membelai rambutnya, menciumi bibirnya. Banyak hal yang berubah dari sosok mas Adam, dulu wajahnya tanpa kumis dan cambang, sekarang rambut-rambut itu tumbuh menjalar di wajahnya.Kuusap pipinya pelan, mas Adam melenguh kemudia membuka matanya perlahan.

     "Heemmm ... Kenapa Fit?belum tidur?," tanya mas Adam sambil mengusap halus rambut panjangku.

     "Belum mas ... Seperti mimpi rasanya aku bertemu mas Adam hari ini. Kenapa sih mas tidak dari dulu dulu aku diajak kesini?" Aku merapatkan pelukan seolah ada ketakutan tiba-tiba mas Adam hilang dalam pelukanku.

     "Aku sibuk sekali Fit, aku harus kerja keras, berpindah pindah tempat. Aku takutnya kamu tidak betah ikut aku, lagian aku tinggal sama-sama temen," kata mas Adam dengan suara dihimpit kantuk

     "Mas ... Memang mas Adam kerja apa sih? Mas Adam syiar sama mereka?"

     "Hemm.. Iya"

     "Mas, mereka itu sudah punya istri semua?"

     "Sudah, kenapa memangnya?"

     "Kenapa istrinya nggak diajak tinggal disini?"

     "Pada nggak betah. Dulu istri Mahmud sama istri Zulfikar ikut, tapi akhirnya mereka memilih pulang kampung"

     "Mas, sudah lama kontrak rumah disini sama mereka? Kenapa mas Adam nggak kontrak sendiri saja sih? Mosok aku tinggal disini rame-rame sama mereka? Terus kontrak disini sepi banget, terpencil jauh dari keramaian"

     "Aku kontrak disini sudah tiga bulan, lho memang kenapa tinggal sama mereka? Ya sudah, aku ngantuk,kita tidur lagi aja ya"

     Mas Adam memeluk erat tubuhku, ada kehangatan cinta menjalar ke tubuhku yang disalurkan dari pelukannya. Oh suamiku, malam ini aku sangat bahagia. Aku tidak mungkin bisa terlelap, aku biarkan saja rasa bahagia ini mengganjal mataku sampai esok.

****
          

     Suara adzan subuh samar samar terdengar, aku membuka mata pelan-pelan,bukan karena suara adzan itu tapi suara kegaduhan yang aku dengar. Tanganku meraba ke samping, mas Adam tidak ada. Kembali aku menangkap suara orang memerintah dengan pengeras suara dari arah depan rumah.

     "Kalian semua sudah dikepung! Cepat menyerah!!"

     Aku bangkit dari ranjang, sebelum aku membuka pintu, mas Adam tiba-tiba masuk.

     "Fitri, kamu disini saja jangan keluar, kamu sembunyi,cepat!"

     "Mas, ada apa mas?!"

     Mataku nanar bercampur kaget,panik dan takut melihat mas Adam membawa sebuah senjata panjang.
Belum hilang kekagetanku, tiba-tiba aku mendengar suara senjata menyalak bertubu-tubi disusul suara benturan-benturan.

     Mas Adam berlari keluar kamar, aku meringkuk dilantai disamping ranjang sambil menutupi telinga.
Suara-suara peluru memberondong mengoyak ulu hatiku. Sebongkah keberanian menyeruak diantara rasa khawatir dan takut. Aku merangkak keluar dari kamar setelah suara-suara itu hilang.

     Diluar kamar, aku melihat tubuh mas Adam tergeletak bersimbah darah. Tidak jauh dari tubuh mas Adam ada 2 temannya tersungkur tak bergerak. Aku menghamburkan diri ke tubuh mas Adam. Darah segar menembus bajuku.

     "Mas Adaaaam! Mas, bagun mas! Banguuun...!!" Aku histeris sambil mengoncang-goncang tubuhnya yang sama sekali tidak bergerak. Aku tatap wajahnya yang terciprat darahnya, kuusap wajahnya sambil kupanggil-panggil namanya berkali-kali.
Aku semakin histeris sampai aku tersungkur diatas tubuh mas Adam.

***

     "Pemirsa, saat ini kami masih di lokasi penggrebekan rumah teroris dimana menurut informasi yang kami dapat, dalam aksi perlawanan sekawanan teroris ini tidak ada satupun yang selamat. Perlawanan yang mereka lakukan dapat dilumpuhkan dengan cepat. Menurut informasi, keberadaan para teroris sudah dicurigai warga sejak seminggu yang lalu karena warga sering melihat kegiatan mencurigakan dari para penghuni rumah kontrakan yang kira kira sudah mereka tempati tiga bulan terakhir ini. Sampai sekarang, kami masih akan terus menghimpun berbagai informasi dari warga sekitar seputar kegiatan kegiatan apa saja dari para teroris ini. Demikian laporan dari kami, saya Mince Larasatun melaporkan langsung dari tempat kejadian dan saya kembalikan ke studio 69, terima kasih"


Salam Waspada

- Syahrintul69 -
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.