Nur pulang sekolah, anehnya sekolah sudah libur hari ini. Entah karena saking semangat sekolah atau amnesia, yang pasti Nur hari ini semangat karena baru saja dapat sms dari Iyem sohib karibnya mengabarkan bahwa sekarang Hari Ibu.

Sesampainya di rumah.

"Mak, lagi apa?" Tanya Nur sembari menyibak tirai yang ngglambreh dipintu antara ruang tengah dan dapur.

"Eh kowe Nduk, cepet banget dah pulang? Ini Mamak lagi goreng bakwan pesenan Bu Lastri buat gathering nanti malem" jawab si Mamak sambil ngolah goleh bakwan pakai tangan di penggorengan dengan minyak mendidih.

"Mak..Nur minta maaf ya kalau selama ini bikin Mamak kesal"

Nur memeluk tubuh Mamaknya dari belakang. Mamak senyum aja.

"Kowe kenapa sih Nur?"

"Mak.. Selamat hari ibu ya"

Nur mengecup punuk Mamak nya. Mamak menghentikan kegiatannya, sementara tangan Mamak masih terendam di minyak goreng. Tenang, tangan si Mamak sudah kebal terhadap panas bahkan Mamak pernah diliput sebuah acara Tv sebagai 'Wanita Bertangan Konduktor Terbaik'.

"Ya ampun Nur, makasih ya cah ayu. Kowe ini ya..ahhh" Mamak tak sanggup berkata saking terharunya seperti aksi Halle Berry tak bisa banyak kata saat menerima piala Oscar.

"Mak..Mamak inget ngga pas Nur kecil suka naik pohon kelapa terus pas Nur jatuh, Mamak nangis tujuh hari tujuh malam?"

Mamak senyum, "inget lah Nur, Mamak dah mikir sing ora-ora. Kowe ini cah wadhok tapi bandel pol-polan"

Nur senyum.

"Mak.. Kenapa sih anak-anak cowok di kelas suka jongkok dibawah meja Nur?"

"Oh mungkin mereka pada ngintip celana dalem kowe Nduk"

"Untung Nur kalau sekolah ngga pernah pakai celana dalem"

Mamak mendelik, lalu ketawa lirih.

"Hikhikhikhik.. Kowe nurunin Mamak, pas Mamak sekolah juga ndak pernah nganggo cawet, sampe si Sukri itu lho yang sekarang jadi mantri sunat dulu pas jadi konco sekolah sehari bisa sepuluh kali jongkok jongkok dibawah meja Mamak lho"

Nur melonggo, "Wow! Hebat dong Mak! Terus apalagi ceritanya Mak?"

"Hemmm, waktu Mamak jaman jadi artis film, Mamak pernah juga ikut kesting peran jadi kupu-kupu malam, eh Mamak disuruh telanjang lho! Mamak kira jadi manusia pake baju kupu-kupu, eyalaaaaaah jebule?"

"Mak, kenapa ngga ditekuni jadi artis film sih? Itu si Iyem suka ngetawain Nur, kata Iyem eh Nur, Mamak kamu jadi artis film apa?ngga pernah liat Mamakmu main film"

"Mamak bosen jadi artis film, syuting jauh di Pandandaran jebule Mamak kebagian peran jadi mayat aja, pas film tayang, ehhh simbahmu sampe takon, kowe main sing bagian mana Nduk? Ya Mamak kasih unjuk ke simbah, itu lho Pak, saya yang tumpuk tumpukan jadi mayat! Terus simbah kayakne kecewa, Mamak dilarang lagi main film. Padahal Mamak cita-citanya pengen banget kayak elvy sukaesih,Meriam Bellina,Eva Arnaz lho Nur"

Nur senyum. Ada sebuncah kebanggaan tersendiri dengan apa yang sudah Mamak lakukan semasa muda dulu, walaupun jadi figuran saja setidaknya Mamak sudah ambil langkah berani dibanding dirinya yang selalu minder.

"Mamak kangen Bapak ngga? Nur sebel Bapak, tega banget ninggalin Mamak dan Nur demi si Pelakor"

"Apa itu Pelakor Nur?" Mamak menoleh sambil mematikan kompor, acara goreng menggoreng ceritanya kelar.

"Perebut Laki Orang! Nur tau sejak gabung dengan anak-anak forgos lho Mak, mereka banyak memberi Nur kekuatan bahwa Pelakor itu harus diganyang karena bikin anak istri orang merana, ya kita ini Mak korban Pelakor"

Mamak senyuum. Ya, senyum nan kalem dan penuh kebijaksanaan, tak ada api membara dari air mukanya saat mendengar luapan hati Nur atas kekecewaan yang tumbuh karena perbuatan Bapaknya.
           

"Nur, kamu masih terlalu muda untuk memahami masalah orang tua.Awalnya, Mamak merasa sakit ati,marah dan dendam ke Bapakmu, lambat laun Mamak bisa memahami apa itu hukum tabur tuai"

"Maksudnya Mamak?" Tanya Nur penasaran

Mamak senyum, lalu mengusap poni Nur yang tumbuh seadanya bagaikan sisir renggang-renggang.

"Dulu, Mamak dapatkan cinta dan tubuh Bapakmu juga sebagai Pelakor"

Deg!!! Jantung Nur berdegup kencang.

"Jadi .."

"Iya Nur, Mamak Pelakor. Mamak harap kamu jangan niru Mamak jadi Pelakor ya Nduk?"

Nur terdiam. Matanya menatap lantai yang alami, tanah! Jemarinya memutar-mutar kancing baju lusuhnya.

"Kenapa Nur?"

"Mak... Nur... Nur juga Pelakor. Kemarin Nur dilabrak istri orang"

"Ya ampun Nur! Benarkah??"

"Ho-oh Mak.. Maafkan Nur, maaf Mak" suara Nur terdengar bias seperti menahan isak

"Teruskan Nur! Selama pria itu cuco dan tajir, teruskan! Mamak sudah bosen hidup kekurangan gini, bosen orang melihat Mamak bukan dari kecantikan Mamak tapi karena kekuatan Mamak menahan panasnya minyak goreng. Nur, carilah pria kaya ya! Janji?"

Nur senyum lalu memeluk tubuh Mamaknya.

"Matur Nuwun Mamak. Selamat Hari Ibu for you Mamak"

"Ho-oh Nur.."
Labels:

Post a Comment

Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.